1. Lempeng
Tektonik Gunung
Suatu
hal yang tadinya tidak masuk akal dikemukakan sekitar tiga abad yang lalu bahwa
massa daratan raksasa seperti Asia, Eropa dan Amerika nyatanya tidak terpancang
teguh di permukaan bumi dan sebenarnya bergerak ke beberapa arah. Tetapi baru
pada tahun 1912, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mempublikasikan
pandangannya yang kontroversial tentang pergeseran benua dimana menurutnya 300 juta
tahun yang lalu semua benua-benua besar sebenarnya bersatu dalam satu massa
daratan, yang kemudian bergeser menjauh satu sama lain. Satu-satunya bukti yang
signifikan dari pandangannya pada saat itu adalah pencocokan jigsaw dari
struktur-struktur geologis massa daratan benua-benua yang berbatasan serta
persamaan tanaman dan kehidupan hewannya. Selama masa hayatnya, teorinya ini
dianggap sebagai suatu yang absurd dan baru pada tahun 1960-an mendapat
perhatian serius orang. Melalui investigasi yang melibatkan beberapa disiplin
keilmuan, termasuk observasi satelit angkasa, muncullah bidang studi baru yang
disebut plate tectonics tersebut. Rangkuman dari sifat-sifat dasar teori
tersebut dan pengetahuan yang dimiliki manusia sekarang ini tentang proses geologis
bumi akan dirinci di bawah ini.
1.
Bagian dalam bumi
terdiri dari dua inti dalam dan luar berbentuk besi dan nikel cair dengan
temperatur 55000. Daerah ini dikitari oleh bagian yang lebih dingin dan lebih
tebal dari bahan bebatuan dengan ketebalan 3000 kilometer yang disebut sebagai
mantel bumi. Daerah paling luar adalah bagian tipis yang disebut sebagai kerak
bumi. Bagian ini mengapung di atas mantel laiknya rakit di atas air danau.
Kerak ini terdiri dari kerak benua (continental crust) di atas mana kita hidup,
sifatnya ringan dan tebalnya sekitar 100 kilometer, sedangkan yang lainnya
adalah kerak samudra (oceanic crust) yang terdiri dari material bebatuan yang
lebih padat dan berada di bawah lautan.
2.
Kerak bumi terdiri 12 lempengan seperti
Eurasia, Afrika dan Amerika yang mengambang di atas mantel dalam. Lempengan
tersebut terdorong bergerak dalam suatu pola lingkaran yang kompleks, dimana
ada lempengan yang bergerak mendekat, ada yang bergerak menjauh dan ada pula
yang saling menggeser dengan lempengan lain. Meski kecepatan gerak lempengan
itu terlalu kecil untuk bisa dilihat mata karena hanya beberapa centimeter per
tahunnya, tetapi dalam jangka waktu ratusan juta tahun maka jaraknya menjadi
amat besar seperti yang kita jumpai antar benua sekarang ini.
3.
Jika dua lempengan benua bergerak tepung satu
sama lain maka bahan yang terdapat di tepian lempengan akan naik mencuat
permukaannya dimana terciptalah gunung-gunung pada saat itu. Adapun lempengan
samudra bila mendekat atau bergerak menjauh satu sama lain, akan mencipta
palung-palung di dasar samudra. Dengan demikian gunung-gunung nyatanya mewujud
akibat dari gerakan dan benturan lempengan benua. Lempengan India terlepas dari
lempengan Afrika sekitar 200 juta tahun yang lalu dan kemudian bertumburan
dengan lempengan Eurasia dengan akibat terbentuknya dataran tinggi pegunungan
Himalaya yang besar itu. Lempengan benua raksasa ini masih tetap bergerak dan
karena itu pegunungan Himalaya masih terus bertambah tinggi sampai dengan hari
ini.
4.
Apa yang menjadi hakikat dari daya yang
menggerakkan lempengan tektonik raksasa itu masih belum dipahami sepenuhnya dan
masih terus diteliti secara intensif. Namun pada umumnya disepakati bahwa daya
gerak itu muncul dari proses konfeksi dan sirkulasi bahan mantel yang terdorong
dari inti bumi yang panas. Prosesnya mirip dengan air panas di dalam teko yang
dipanasi dari bawah. Meski terlihat ajaib, sebenarnya kaidah fisika dan proses
dasar yang terdapat dalam sirkulasi mantel di dalam bumi adalah sama dengan
sirkulasi udara di atmosfir yang naik di daerah tropis dan turun di daerah
bujur yang lebih dingin. Proses itu juga yang membentuk awan-awan di atmosfir
bumi.
Bagian dalam bumi selama ini berubah terus
menerus, dan merupakan media yang hidup dan dinamis sejak mewujudnya sekitar
4,6 milyar tahun yang lalu. Gerak dari lempengan tektonik mengarah pada
pembentukan atau penghancuran dari massa daratan, gunung-gunung di permukaan
bumi serta palungan di dasar samudra. Tanpa adanya gerakan dari lempengan
tektonik maka massa daratan beserta semua gunung-gunungnya sudah lama sirna
sejak dulu akibat dari proses erosi yang berkelanjutan. Seluruh bumi tentunya
sudah tertutup oleh lautan. Mahluk daratan dan kehidupan manusia seperti yang
sekarang ada di muka bumi yang memiliki sungai, air minum, sumber makanan dan
kebutuhan lain bagi eksistensi manusia, jadinya tidak mungkin tanpa adanya
gerakan dari lempengan tektonik serta keberadaan gunung-gunung.
Apakah konsep dan proses luar biasa yang
diuraikan di atas itu hanyalah reka-rekaan berdasar suatu teori baru yang masih
harus diuji? Apakah kita memiliki bukti telaah yang cukup untuk membenarkan ide
yang revolusioner demikian?
Jawaban singkatnya adalah sekarang ini
banyak bukti meyakinkan yang diperoleh dari berbagai bidang studi (seperti
struktur geologi, magnetit, fosil-fosil, hayati tumbuhan dan hewan dan lain
sebagainya) yang membuktikan bahwa teori lempengan tektonik itu memang benar
adanya. Semua ini marak sekitar 50 tahun terakhir. Bukti yang paling persuasif
diperoleh dari telaah langsung atas gerakan benua-benua melalui instrumen
berbasis daratan dan yang dibawa satelit angkasa. Semua observasi yang
dilakukan secara amat presisi itu mengindikasikan bahwa benua-benua bergerak
satu sama lain. Benua Amerika Utara contohnya, bergerak menjauh dari Eropa
sekitar 3 sentimeter setiap tahunnya. Meski gerakan itu sepertinya amat kecil,
tetapi nyatanya telah mencipta samudra Atlantik dalam kurun waktu 300 juta
tahun.
Gambar 1. Struktur Internal Bumi
Pada
lapisan mantel (mantle) berupa cairan kental, sedangkan kerak bumi berupa
lapisan yang keras yang “mengapung” diatas mantel adalah kerak bumi dimana
lempeng benua dan samudra berada. Lempeng-lempeng tersebut dan batasnya dapat kita
lihat pada gambar berikut :
Gambar 2. Lempeng Bumi
Batas
bergaris merah menunjukkan adanya tumbukan sedangkan garis hijau lempeng terus
menjauh. Dua lempeng yang mengalami tumbukan salah satunya dapat digambarkan
seperti pada gambar berikut:
Gambar 3. Tumbukan lempeng
Terlihat
munculnya deretan gunung berapi pada daerah tumbukan lempeng tersebut.
Gambar 4. Gunung pada tumbukan lempeng
Dan
di daerah tersebut akan sering mengalami goncangan-goncangan atau gempa bumi.
Dari peristiwa diatas lokasi-lokasi gunung berapi dan gempa bumi di bumi
sebagaimana gambar berikut:
Gambar 5. Gunung api dan Gempa bumi
2.
Ayat
Tentang Gunung dalam Al-Qur’an
Al Qur’an Allah SWT menyebut gunung
dengan dua perkataan bahasa Arab. Yang pertama kata jamak ‘jibal’ dan disebut
sebanyak 33 kali, manakala kata tunggal ‘jabal’ disebut enam kali dan yang
kedua kata ‘rawasi’ yang diulang sebanyak 10 kali.
Menurut Rosihan dan Fadlullah, istilah
jabal lebih bersifat umum, sedangkan rawasi kemungkinan dimaksudkan khusus
untuk menyebutkan gunung yang berfungsi sebagai pasak bumi. Kata rawasi
bermakna sesuatu yang dapat membuat benda yang bergoncang menjadi diam, dalam
hal ini benda yang bergoncang adalah bumi.
Penggunaan isim makrifat (al) yang
mendahului kata ard dalam Surah Al-Nahl ayat 15. Isim (kata benda) ini
menunjukkan pengkhususan, dalam hal ini pengkhususan bagian tertentu daripada
bumi. Ini bererti ‘gunung’ dimaksudkan dalam ayat berkenaan tidak terdapat di
seluruh permukaan bumi, akan tetapi hanya pada wilayah tertentu. Wilayah yang
berkenaan kemungkinan adalah batas-batas lempeng.
Bagian lain setelah kata rawasi dalam Surah
Al-Nahl ayat 15 adalah perkataan tamiida bikum yang bermakna
‘supaya ia tidak menghayun-hayunkan kamu.’ Perkataan ini mungkin menunjukkan
‘gunung’, yang dibicarakan dalam ayat itu ialah gunung berada dekat dengan
permukiman manusia, yakni gunung-gunung di batas lempeng konvergen. Gunung di
bawah laut (batas lempeng divergen) mungkin tidak termasuk dalam ‘gunung’ yang
dibicarakan ayat ini.
Dalam Al-Quran banyak referensi tentang
hakikat dan kegunaan gunung-gunung, khususnya ayat-ayat berikut di bawah ini
yang mengandung deskripsi grafis dan adanya berbagai penafsiran berbeda tentang
hal itu.
‘Dan
Dia telah menegakkan di bumi gunung-gunung, supaya jangan sampai berguncang bersama
kamu dan sungai-sungai serta jalan-jalan, supaya kamu dapat menemukan jalan ke
tempat yang dituju.’ (Q.S An-Nahl:15)
Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung
yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami
jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat
petunjuk.(Q.S. Al-Anbiya’: 31)
Sebagaimana
terlihat, dinyatakan dalam kedua ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi
mencegah goncangan di permukaan bumi. Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh
siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja
terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern. Menurut penemuan ini,
gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari
lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan
bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang
satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan
gunung.
Lapisan bawah
bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini
berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah
besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi. Jadi, Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau
mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam
menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah.
‘Tidakkah
Kami telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan dan gunung-gunung sebagai pasak?’
(Q.S. An-Naba: 6-7)
Maksud dari ayat tersebut dengan kata lain, gunung-gunung
menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke
bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan
cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing
di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita
dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu
tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah
dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran
materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New
Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s.
975)
Sebuah buku
berjudul Earth menyatakan bahwa gunung-gunung mempunyai akar di bawah
mereka. Akar ini menghunjam dalam, sehingga seolah gunung-gunung mempunyai
bentuk bagaikan pasak (lihat gambar 6 dan 7).
Gambar
6. Gunung-gunung memiliki akar yang dalam di bawah permukaan tanah. (Earth,
Press dan Siever, hal. 413)
Gambar 7. Bagan
potongan melintang. Gunung-gunung, sebagaimana pasak, memiliki akar yang
menghunjam di bawah tanah. (Anatomy of the Earth, Cailleux, hal. 220)
Ilmu bumi moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki
akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari
ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk
menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata
"pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam
tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang
dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19.
‘Dan
apabila gunung-gunung digerakkan.’ (Q.S. At-Takwir: 3)
‘Dan
Kami telah membentangkan bumi ini dan Kami tegakkan gunung-gunung yang kokoh di
dalamnya dan juga Kami tumbuhkan di dalamnya segala sesuatu dengan perimbangan
yang tepat.’ (Q.S. Al-Hijr:19)
‘Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.
Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni)nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya.’ (Q.S Fushshilat:10)
‘Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya,
padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang
membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan.’ (Q.S. An-Naml:88)
Ayat-ayat Al-Quran di atas bisa
ditafsirkan menurut pengertian ruhaniah dimana makna dari gunung-gunung adalah
kekuatan duniawi atau pribadi-pribadi ruhaniah yang akbar seperti para rasul
Tuhan dan karena itu merupakan nubuatan yang sebagian sudah mewujud dan yang
lainnya akan merupa pada saatnya. Penafsiran phisikal juga ada diberikan
berkaitan dengan pandangan ilmu pengetahuan di suatu masa serta sudah dibahas
secara rinci dalam beberapa tafsir akbar Al-Quran (2 – 4).
Telaah mendalam serta renungan atas
ayat-ayat di atas membawa kita kepada konsep umum Al-Quran tentang
gunung-gunung yang telah diwahyukan lebih dari 1400 tahun yang lalu, yaitu:
1.
Permukaan bumi dimana
kita hidup selalu terpengaruh oleh gerakan yang ada di bawah kita.
2.
Gunung-gunung berperan
sebagai pasak bumi atau pancang yang menahan gerakan benda.
3.
Formasi dan eksistensi
dari gunung-gunung mempunyai peran dalam terciptanya jalan-jalan,
sungai-sungai, air minum, makanan manusia dan sarana kebutuhan eksistensi
mahluk hidup lainnya.
4.
Gunung-gunung di mata
kita terlihat stasioner dan terhunjam teguh di permukaan bumi, padahal mereka
sebenarnya bergerak dan gerakan mereka itu mirip dengan awan.
Tinjauan
Al-Quran seperti yang digariskan di atas, khususnya ayat surah An-Naml: 88,
kelihatannya seperti bertentangan dengan pandangan umum tentang kekakuan atau
rigiditas bumi dan gunung-gunungnya dan telah menjadi suatu hal yang
menyulitkan bagi para juru tafsir di masa lalu. Namun dalam beberapa dasawarsa
terakhir banyak sekali informasi yang telah terungkap tentang formasi,
struktur, sejarah geologis dan proses internal daripada bumi. Bumi sekarang ini
tidak lagi dipandang sebagai suatu wujud badan yang solid dan rigid lagi,
tetapi sebagai planet yang dinamis, hidup dan selalu berubah. Akibat dari itu
adalah munculnya bidang studi yang disebut plate tectonics (tektonika lempengan
bumi). Temuan di bidang studi ini nyatanya sejalan dengan subyek Al-Quran yang
kita bahas di atas dan kami akan mengulas dasar-dasar sifat teori tersebut yang
sekarang sudah sama diterima oleh komunitas ilmu pengetahuan.
4. Wahyu Al-Quran Tentang Gunung-Gunung
Perbandingan
dari pengetahuan manusia yang paling anyar tentang fitrat dari gunung-gunung
berdasar bahan-bahan dasar lempengan tektonik seperti yang digariskan di atas,
dengan deskripsi ayat-ayat Al-Quran tersebut, mengindikasikan adanya validasi
yang mencengangkan dari ayat-ayat yang diwahyukan lebih dari 1400 tahun yang
lalu. Disamping penafsiran metaforika, sekarang kita juga bisa meyakini bahwa deskripsi
Al-Quran tentang gunung-gunung ternyata juga benar secara harfiah, meski di
masa lalu sepertinya tidak masuk akal. Dari penelitian ilmiah, sekarang ini
kita mengetahui bahwa:
- Walau pegunungan terlihat stasioner dengan massa yang demikian masif dan rigid, nyatanya mereka secara phisikal juga bergerak relatif terhadap benda-benda lain di permukaan bumi.
- Pegunungan mempunyai peran yang sama dengan pasak atau pancang di bumi guna menahan gerakan benda-benda lain, meski pasak itu sendiri atau gunung itu ikut bergerak.
- Proses phisikal yang menyebabkan gerakan dari gunung-gunung, ajaibnya mirip dengan proses pembentukan dan gerakan awan yaitu konfeksi dan sirkulasi massa udara di atmosfir bumi.
- Pembentukan atau formasi pegunungan menjurus pada eksistensi dari massa daratan, jalan-jalan dan bentuk sarana transportasi darat, disamping juga munculnya sungai-sungai dan air segar. Kehidupan manusia dan mahluk lainnya seperti yang kita lihat di muka bumi sekarang ini, tidak akan mungkin tanpa adanya proses yang menjurus pada pembentukan pegunungan.
Wahyu
dan validasi dari rahasia-rahasia tersembunyi di alam serta pembentukan
pegunungan sungguh merupakan suatu yang ajaib. Suatu deskripsi yang jelas dan
grafis tentang hakikat pegunungan telah terbuka bagi para pembaca Al-Quran
sejak lebih dari 1400 tahun yang lalu namun nyatanya baru belakangan ini tafsir
ayat-ayatnya menjadi jelas benar. Dari sini kita bisa melihat bahwa ayat-ayat
Al-Quran terus menerus mendapatkan validasinya di setiap zaman dengan adanya
temuan dan pengetahuan baru, yang semuanya menjadi bukti guna memperkuat
keimanan pada asal mulanya dari Ilahi.
Berikut ini dua ayat Al-Quran yang
bersifat nubuatan tentang kedua aspek itu:
‘Sesungguhnya
Kami-lah yang telah menurunkan peringatan ini dan sesungguhnya Kami-lah pemeliharanya.’
(Q.S. Al-Hijr: 9)
Ayat ini mengandung salah satu nubuatan
luar biasa tentang Al-Quran, dimana pemenuhannya merupakan bukti berkelanjutan
bahwa ia memang berasal dari Tuhan. Kitab ini selain mengungkapkan janji untuk
menjaga kesucian ayat-ayat yang diwahyukan dari segala perubahan dan
interpolasi, tetapi yang lebih penting lagi ialah validitas maknanya serta
penafsirannya dengan berjalannya waktu. Bahwa teks phisikal Al-Quran secara
kata demi kata adalah identik dengan Al-Quran yang diwahyukan di masa
Rasulullah saw sudah sama diakui dan tidak bisa dipungkiri dari telaah-telaah
ilmiah. Yang sekarang ini dipenuhi adalah janji pemeliharaan validitas
penafsiran serta isi intelektualnya. Percepatan akumulasi kemajuan ilmu pengetahuan
telah menjadi bukti yang menguatkan sumber Ilahiahnya, sejalan dengan
pernyataan:
‘Maka
tidakkah mereka ingin merenungkan Al-Quran? Dan andaikata Al-Quran ini dari
wujud lain yang bukan Allah, niscaya mereka akan mendapati di dalamnya banyak
pertentangan.’ (Q.S. An-Nisa:83)
5.
Kesimpulan
Banyak ayat-ayat al-Qur’an
mengetengahkan peran gunung-gunung di planet bumi dan menjelaskan berbagai
kegunaan dan tipologi gunung. Di antara ragam kegunaan dan tipologi itu adalah
sebagai berikut:
1.
Gunung-gunung dimanfaatkan sebagai rumah dan tempat perlindungan bagi manusia
dan makhluk hidup lainnya.
2.
Ragam jenis bebatuan dan tanah dengan aneka warna yang terdapat di
dalamnya.
3.
Gunung-gunung juga bergerak berbeda dengan bentuk lahirnya yang tampak
permanen.
4. Gunung-gunung bertasbih dan memuji Allah Swt.
5.
Gunung-gunung memainkan peran sebagai pasak bagi bumi.
6.
Gunung-gunung memelihara kesatuan dan keseimbangan bumi.
SUMBER
http://www.al-habib.info/review/al-quran-gunung-sebagai-pasak.htm
http://alkahfimumtaz.blogspot.com/2011/12/gunung-dalam-prespektif-islam.html
http://alkahfimumtaz.blogspot.com/2011/12/gunung-dalam-prespektif-islam.html
~makalah kelompok~
0 komentar:
Posting Komentar